Sunday, December 10, 2017

Review Album Panic! At the Disco : A Fever You Can't Sweat Out

Fueled By Ramen - 2005

Dua belas tahun setelah dirilis, album ini masih gue puter minimal sekali kali sehari sampe sekarang.
Awalnya sih personel-personel Panic! ini cuma anak-anak SMA yang tergila-gila sama band-band pop punk macem NOFX, Blink-182, Fall Out Boy dll. Semuanya berubah ketika basis Fall Out Boy, Pete Wentz, ngebuat label musiknya sendiri, Decaydance.
Dengan modal nekat, mereka ngirim dua lagu di message boardnya Fall Out Boy, disertai dengan pesan pendek yang tolol banget: “Band lo ampas. Cek lagu kita kalo lo berani.” Eh ternyata Pete Wentz ngebales : “Boljug nih. Gue dateng ke Vegas ya, mau liat kalian perform kek gimana.” Gak nunggu lama setelah perform pertamanya di Vegas, Panic! resmi berlabel Decaydance. Gak lama juga setelah berlabel Decaydance, Pete Wentz minta Panic! ngerilis album debutnya di akhir Desember 2005. Bayangin aja anak-anak SMA “disuruh” ngerilis album musik dalam waktu BEBERAPA BULAN DOANG. Gila aja.
Tapi gitaris Panic!, Ryan Ross sante aja. Dia ngebawa soundtrack-soundtrack film sampe novel-novel klasik ke studio buat dijadiin referensi. Hasilnya? Banyak lirik-lirik di album debut ini yang modelnya semacam percakapan dengan latar waktu zaman Victoria. Misal kayak di I Write Sins Not Tragedies, Build God Then We’ll Talk, atau I Constantly Thank God For Esteban. Jadi gak heran sih, banyak kata-kata yang asing bagi orang Indonesia, misal :
“Give us this day, our daily dose of faux affliction
Forgive our sins, forged at the pulpit
With forked tongues selling faux sermons
'Cause I am a new wave gospel sharp
And you'll be thy witness
So gentlemen, if you're gonna preach
For God sakes, preach with conviction!”
Etapi menurut gue lirik yang belibet dan wordy kayak tadi malah bisa nambah kosakata bahasa Inggris sih. Serius. Lirik-lirik di album ini juga ngebahas tentang tema-tema sosial yang lagi hot pas zamannya, kayak gangguan mental, prostitusi, alkoholisme, romantisme pernikahan, dan lain-lain.
Kalo secara sonically sih album ini bener-bener keren. Asli. Walopun masih masukin pop punk yang bener-bener ngetren dan mainstream waktu itu, Panic! tampil beda dengan sentuhan synth punk, baroque pop—bahkan swing-- di album ini. Secara garis besar, pembagian genre ini emang sengaja dikelompokkan oleh Panic!. Pop punk dan synth punk dimulai dari The Only Difference... sampe Lying is The Most Fun... (Maaf gak ditulis lengkap, panjang banget xd). Dan baroque pop dan swing dari But It’s Better If You Do sampe Build God Then We’ll Talk. Kalo diperhatiin, di Intermissionlah transisi genre itu terjadi.
Overall, A Fever You Can’t Sweat Out itu album yang catchy af tapi liriknya-liriknya juga gak asal-asalan. Album yang bisa dipake buat sekedar ngedance ato didengerin sambil ngebaca liriknya secara komperensif yang penuh metafora di genius.com. Album yang benar-benar luar biasa bagi band anak-anak SMA. Keren parah!
9.5 dari 10 untuk A Fever You Can’t Sweat Out

Spotlight : London Beckoned Songs..., Nails for Breakfast, Tacks for Snacks, Time to Dance, I Write Sins Not Tragedies, There's a Good Reason...

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon